Dengan suara rendah ia mulai berbicara; ” Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Di Saigon, saya sudah merencanakan seluruh pekerjaan ini untuk dijalankan tanggal 17 “. ” Mengapa justru diambil tanggal 17, mengapa tidak sekarang saja, atau tanggal 16 ?” tanya Sukarni. ” Saya seorang yang percaya pada mistik”. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Qur’an diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia “. Demikianlah antara lain dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok sebagaimana ditulis Lasmidjah Hardi (1984:61).
Itulah petikan alasan kenapa Soekarno tidak mau tergesa-gesa dalam menentukan waktu proklamasi kemerdekaan sebagaimana tuntutan para pemuda waktu itu. Setelah melalui proses yang pelik dan rumit, pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00, rombongan Soekarno tiba di rumah Laksamada Maeda yang kemudian Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks proklamasi. Isi teks proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik pada awalnya adalah sebagai berikut:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia.
Yang kemudian mengalami perubahan menjadi:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Soekarno/Hatta
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 dengan berbagai alasan keamanan dan keselamatan rakyat, Soekarno meminta semua pihak baik dari golongan tua maupun pemuda untuk hadir di Pegangsaan Timur 56 pukul 10.00 guna melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
Sejak pagi buta, mulai dipersiapkan segala peralatan untuk pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Mulai dari perangkat pengeras suara, tiang bendera yang saat itu dibuat dengan menggunakan sepotong bambu yang ditanam di tanah dan bendera merah putih yang secara cepat dibuat oleh Fatmawati. Beberapa tamu undangan dan rakyat yang mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan sudah berkumpul di depan rumah Soekarno. Semuanya merasa tegang dan khawatir akan adanya pengacauan oleh pihak Jepang. Perlu diketahui pula bahwa waktu itu Soekarno mengalami sakit, malamnya panas dingin dan baru bisa istirahat setelah merumuskan teks proklamasi. Soekarno tidak mau membacakan Proklamasi Kemerdekaan tanpa kehadiran Mohammad Hatta yang pada akhirnya pukul 09.55 Mohammad Hatta tiba dengan pakaian putih-putih dan langsung menghampiri Soekarno di kamarnya. Dengan setelan putih-putih pula, Soekarno Hatta menuju tempat upacara yang selanjutnya disambut oleh semua hadirin. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.
“Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami: PROKLAMASI; Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta.
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu”. (Koesnodiprojo, 1951).
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih tanpa dikomando semua hadirin menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Peristiwa besar bersejarah yang telah mengubah jalan sejarah bangsa Indonesia itu berlangsung hanya satu jam, dengan penuh kehidmatan. Sekalipun sangat sederhana, namun ia telah membawa perubahan yang luar biasa dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia . “Gema lonceng kemerdekaan” terdengar ke seluruh pelosok Nusantara dan menyebar ke seantero dunia. Para pemuda, mahasiswa, serta pegawai-pegawai bangsa Indonesia pada jawatan-jawatan perhubungan yang penting giat bekerja menyiarkan isi proklamasi itu ke seluruh pelosok negeri. Para wartawan Indonesia yang bekerja pada kantor berita Jepang Domei , sekalipun telah disegel oleh pemerintah Jepang, mereka berusaha menyebarluaskan gema Proklamasi itu ke seluruh dunia.
Itulah sekelumit perjalanan proses Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dari proses yang sangat panjang, tegang, rumit, penuh pengorbanan baik jiwa, harta, tenaga dan pikiran. Untuk itu, saat ini kita sebagai warga Indonesia yang tentu tidak bisa merasakan secara langsung bagaimana ketakutan dan kekhawatiran yang menyelimuti seluruh rakyat waktu itu, sudah sepantasnya kita untuk menghargai jasa-jasa Pahlawan kita yang dengan ikhlas berjuang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesai dengan taruhan nyawa.
Tidak dengan angkat senjata, berperang ataupun bentrok fisik, tetapi mengisi kemerdekaan dengan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat itu yang harus kita lakukan. Tidak membuat kekacauan, tidak melakukan tindak korupsi, sebagai pelajar tidak melakukan tawuran, belajar lebih giat, lebih tekun beribadah, memanfaatkan teknologi untuk kemajuan yang positif, lebih menghormati orang tua dan guru, serta masih banyak lagi hal-hal yang baik yang dapat dilakukan untuk mengisi kemerdekaan dalam rangka menghargai jasa para Pahlawan kita. Sedangkan bagi guru, tentu peningkatan kompetensi dan kedisiplinan harus lebih digiatkan guna meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Secara khusus, upacara memperingati Proklamasi Kemerdekaan harus kita lakukan dan harus dengan suasana yang khidmat karena hal ini juga merupakan bentuk penghargaan kita kepada para pejuang sebagaimana sekilas cerita yang sudah disampaikan di atas. Dua tahun ini, upacara Proklamasi Kemerdekaan terasa lebih istimewa karena berada pada bulan Ramadhan seperti halnya waktu Proklamasi Kemerdekaan 67 tahun yang lalu.
Dirgahayu Indonesia…….!!!!!!!!!! Dan semoga kita bisa menjadi warga negara yang baik……… Merdeka……….
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=33